Hari yang panjang, hingga akhir
malam menghadang. Ya, aktifitas yang ku jalani kadang tak berguna dan membuatku
sering lupa akan belajar. Sampai pada akhirnya aku menuju ruang mimpi, sayup
dan merdu aku melaju.
***
***
“Sial..!!” umpat ku,
dikarenakan nilai ulangan yang ku dapati cukup buruk, apa boleh buat aku harus
tertahan di sekolah sampai sore untuk memperbaiki nilai kimia ku. Ini gara-gara
Bu Endang yang memberikan ulangan mendadak kepada kami tadi pagi. Atau mungkin,
karna aku yang malas belajar. Hehehee.
“Vino,
lo mau remedial ya..?” ucap seorang lelaki berbadan tambun.
“Iya
nih, lo juga mau perbaki nilai ya Vik..?” tanya ku balik ke anak itu.
“Enggak
lah, lo liat aja sendiri.” jawab Viktor, anak berbadan tambun itu sembari
memperlihatkan kertas ulangan nya pada ku.
“Wah,
contekan lo mulus juga. Pelit amat lo gak bagi-bagi jawaban ke gue tadi pas
ulangan.” Kata ku menggoda anak gemuk itu.
“Lo
nya sih gak minta, eh gue balik dulu ya.” Lontar Viktor sembari berlari menuju
ke arah teman-teman nya dari kelas sebelah tanpa menunggu jawaban dari ku.
Memang
sih, bukan aku sendiri saja yang remedial. Beberapa anak di kelas ku dan kelas
sebelah juga mengalami nasib yang sama dengan ku. Tapi memperbaiki nilai
ulangan di sore hari sebenarnya cukup menyita waktu. Ya berhubung aku juga lagi
kosong hari ini, jadi tidak apa lah.
Ku
lihat jam pada Handphone ku, masih menunjukan jam 14.26 yang manandakan masih
ada waktu sekitar satu jam lagi untuk memperbaiki nilai sesuai dengan
perjanjian kami anak kelas 2 IPA 3 yang sudah kami sepakati dengan Ibu Endang,
guru kimia kami yang terkenal killer itu. Selagi menunggu, sebagian anak ada
yang memilih untuk mencari makan di luar, ada juga yang hanya duduk-duduk
sambil bercerita di bangku taman.
“Mungkin duduk sambil melihat orang bermain
basket bisa menghilangkan rasa jenuh ku hingga satu jam kedepan” pikirku.
Saat
sedang tebawa suasana memandangi para anak-anak basket sedang latihan,
tiba-tiba seseorang dengan tubuh cukup tinggi dan rada kurus tapi berisi duduk
di sebelah ku. Orang itu Rama, anak kelas 2 IPA 1 yang cukup terasingkan dari
teman-teman lain. Itu terjadi sejak dia mengalami overdosis setelah
mengkonsumsi barang yang yang mereka sebut pil setan. Dan melihat wajahnya yang
merasa tersiksa di sore ini, membuatku berpresepsi bahwa Rama ingin memperbaiki
nilai kimia nya juga.
“Hey
Vin, gue boleh duduk di sini.?” Ucap Rama kepadaku.
“Duduk
aja.”
“Gak
gabung sama tim Basket sekolah lo..?” tanya Rama kepada ku membuka pembicaraan.
“Enggak
ah, gue gak suka basket. Lagian kalo musti balik tiap sore untuk latihan,
rasanya gue gak ada waktu untuk itu.” Kata ku menjelaskan.
“Vin,
lo coba liat anak bernomor 8 disana.”kata Rama sembari menunjuk salah seorang
anak yang sedang latihan dan menggunakan nomer 8 di punggung nya. “Dia anak
kelas satu yang jadi idola cewe-cewe di sekolah ini.” Jelas Rama yang terlihat
sedang mencari bahan cerita.
Ku
pandangi anak yang bernomer 8 itu, postur tubuh yang tidak begitu tinggi, paras
yang tampan dan di tambah kulit putih
bersih. Rasanya bukan sesuatu yang aneh kalau anak itu menjadi idola di sekolah
ini.
“Hey
ram, perasaan gue nih, gue tuh lebih cakep dari dia, kok gue enggak sepopuler dia
ya.?” Ucap ku dengan gaya bicara yang begitu pede.
“Makanya,
jangan main sama perasaan..? kalo kenyataan nya sih biarkan cermin aja yang
berbicara. Hahahaa.” Balas Rama seraya meledek ku.
Ternyata
anak yang bernama Rama ini tidak begitu buruk. Orang nya baik dan cukup asik,
dan salah kalau dia harus di jauhi karna masa lalu nya yang terkenal sebagai
pengguna.
Setelah
cukup lama kami berbincang. Ku pandangi jam yang berada di Handphone ku. Tak
terasa sudah menunjukan pukul 15.33 dan sebenarnya lewat tiga menit dari
perjanjian kami. Ku lihat ruang lab kimia yang berada di lantai dua. Terlihat
masih sepi, hanya ada bu Endang dan Janni selaku ketua kelas ku.
Ternyata
benar dugaan ku. Janni datang menghampiri ku dan.....
“Vin,
tugas nih dari bu Endank di buku cetak halaman 88, tugas dari nomer 1 sampai 8
untuk perbaiki nilai ulangan.” Ucap Janni memberikan informasi.
“Okk
deh, di kumpul besok ya..?”
“Iya,
besok pagi sebelum jam belajar di mulai, kumpul aja ke gue.” Ucap Janni. “ Gue
kasih info buat anak-anak yang lain dulu ya” seraya Janni berjalan meninggalkan
kami berdua tanpa menegur Rama yang berada tepat di sebelah ku.
Sepintas
sempat ku lihat tatapan Janni yang terlihat sinis kepada Rama tadi. Ku rasa
banyak dari mereka yang berpandangan sama seperti Janni. Lagian diskriminasi
bukan hal yang baru di dunia ini terhadap kaum minoritas. Tapi sepertinya si
Rama sudah terbiasa dengan keadaan itu.
Prriiiittttttt...!!!
Pelatih
tim basket meniup peluit panjang dari kejauhan,
menandakan istirahat sejenak kepada anak didikan nya yang sudah terlihat
cukup letih.
“Vin,
gue balik dulu ya..?” ujar Rama kepada ku.
“Oke,
gue juga mau balik nih. Duluan aja Ram, gue mau ke toilet bentar.” Balas ku.
“Gue
jalan duluan ya.? Sampai besok.” Ujar Rama sembari meninggalkan tempat kami
duduk tadi.
Aku
juga mulai beranjak meninggalkan bangku yang kami duduki tadi. Toilet menjadi
tujuan utama ku. Dan seusai dari toilet, tidak sengaja aku dan anak yang nomer
8 itu saling berpas-pasan. Mata kami saling bertemu. Kini ku lihat anak itu
lebih dekat dari sebelum nya. Dan kini lebih meyakin kan ku bahwa tidak salah
kalau dia jadi idola di sekolah ini.
Ku
tinggalkan toilet, dan berjalan menuju tempat dimana aku parkirkan motor ku.
Tak ku sangka, seorang cewek dengan rambut lurus sebahu masih dan masih
menggunakan seragam sekolah sedang duduk di atas motor ku dengan wajah yang ku
rasa cukup marah.
“Eh
Vin, lo dari mana aja sih...!! gue tuh tungguin lo dari tadi. Mana gak ada
kabar lagi.” Ucap cewek tersebut dengan nada suara yang tinggi.
Cewek bernama
Putri dan terkenal tomboi itu berstatus pacar ku. Dan sial nya aku lupa kalau
tadi sudah berjanji untuk mengantar dia pulang hari ini.
“
Maaf ya sayang, tadi aku remedial dulu, makanya jadi pulang agak sore gini.”
ucap ku meyakin kan dengan bumbu-bumbu wajah memelas.
“Lo
kan bisa telpon atau sms gue Vin, masa iya mau balik ke jaman batu..!!”
“Ehh,
umm... Pulsa aku abis sayang, beneran.” Elak ku. “Udah yuk sini naik aku
anterin.”
“Udah
gue pulang sendiri aja.” Kata Putri dan berjalan meninggalkan ku.
Ini
bukan yang pertama kalinya bagi ku bertikai dengan Putri. Dan biasanya besok
keadaan akan membaik dengan sendirinya. Jadi ku biarkan saja kekasih ku itu
pergi.
Ku stater motor ku
dan mulai meninggalkan sekolah ini. Berharap hari esok akan lebih baik. Dan
semoga memang lebih baik.
***
Hoaaaam...
Mata kunang-kunang,
pandangan samar-samar, sembari memulihkan kesadaran ku. Aku mencoba untuk duduk
di samping ranjang ku.
Ku
tatap jam dinding yang ada di kamar ku. Masih menunjukan pukul enam tepat. Dan
itu menjelaskan bahwa aku belum terlambat untuk pergi ke sekolah. Ku siapkan
baju seragam dan buku pelajaran di hari ini. Terutama tugas kemaren yang di
berikan bu Endang. Bisa gawat kalau sampai lupa.
Setelah
semua beres. Saat nya menjalankan ritual pagi yang sangat aku benci. Yap, mandi
di pagi yang dingin. Ku lepas pakaian yang masih menempel di tubuh ku dari
semalam. Setelah sukses bugil, ku nyalakan shower. Rintikan shower yang
menggelitik telah membasahi sekujur tubuh ku. Teringat tentang kejadian kemarin
sore. Ku rasa, mungkin Putri sudah tidak marah lagi dengan ku. Semoga.
Selesai
dengan ritual mandi ku. Segera aku bergegas untuk berangkat ke sekolah. Dan
tentunya setelah berpakaian dulu pastinya.
Serasa
tidak ada lagi yang ku lupakan, saatnya menstater motor ku dan bergegas
berangkat menuju sekolah. Sepanjang perjalanan hanya ku lihat kendaraan lalu
lalang, dan tanpa sengaja ku lihat ada sebuah motor yang di hentikan polisi
tepat di pinggir jalan. Pengendara motor itu berseragam SMA dan menggunakan
lambang sekolah yang sama dengan ku. Saat ku perhatikan baik-baik, ternyata si
pengendara motor tersubut adalah anak yang bernomor 8 kemarin.
Ku
cobamendekatkan motorku ke tempat mereka berdebat. Ku lihat wajah anak itu
begitu gugup dan cukup pucat. Dan rasanya anak ini perlu bantuan. Aku pun mulai
mengambil bagian dalam masalah anak itu dan pak polisi.
“Kalau
boleh tau teman ku ada masalah apa pak..?” tanya ku sopan.
“Ini
loh dek, teman mu gak ada kaca spion nya ini.” Jelas polisi yang bertubuh
gendut dan memiliki kumis tebal tersebut dengan logat jawa kentalnya.
Segera
ku lepas salah satu kaca spion ku, dan ku pasangkan pada motor anak itu.
“Kalau
begini gimana pak..?” tanya ku sambil menunjuk spion yang baru saja aku pasangkan
pada motor anak bernomer 8 itu.
“Ya,
emm.. Oke lah, kamu bisa jalan. Dengan sarat jangan di lepas lagi kaca spion
nya.” Ucap polisi rada kikuk.
“Makasih
banyak ya pak.” Ujarku berterima kasih dan di susul ucapan terima kasih dari
anak yang bermasalah tadi.
“Eumm
kak, makasih ya bantuan nya.” Pinta anak itu pada ku. Dan ku rasa anak itu sudah tau bahwa aku adalah
kakak kelas nya. “kenalin, aku Radhit.” Ujar anak itu sambil mengulurkan tangan
kanan nya.
Ku
sambut tangan kanannya “Aku Vino.” jawabku singkat. “Ahh, biasa aja kok tadi,
gak usah di pikirin.” Jawab ku merendah.
Setelah
perkenalan singkat itu, kami pun berjalan menuju sekolah secara iring-iringan.
***
Setibanya di sekolah.
“Aseeem..!! gue telat
juga.” Ucap ku spontan setelah melihat beberapa anak yang sudah berdiri di
koridor sekolah.
“Maaf ya kak.
Gara-gara aku kak Vino jadi ikutan telat.” Ucap Radhit yang tanpa sengaja
mendengar ocehan ku.
“Hahahaa, gak apa kok
Dit. Paling juga di suruh bediri sampai jam istirahat pertama.”
“hehehee.” Tawa
Radhit yang terlihat kecut dan masam.
Apes banget hari ini.
Niatnya baik, eh malah dapat sial. Tapi gak apa lah, kalo udah niat membantu
jangan setengah-setengah. Lagian ini gak bakal menjadi lebih buruk lagi kan.
Baru juga sekitar
lima belas menit aku dan Radhit berdiri di koridor. Tiba-tiba bu Endank
melintas dan melirik tepat kearah ku.
“Vino, tugas kamu masih
belum ada ya.? Dengan berat hati saya mengatakan bahwa nilai kamu tidak bisa
saya perbaiki.” Ucap bu Endang yang cukup membuatku menjadi salah tingkah saat
itu juga.
“Ini bu, saya bawa
tugas saya.” Dengan sigap ku keluarkan
tugas kimia ku dari dalam tas.
“Maaf, saya sudah
tidak terima tugas yang mau di masukan lagi.” Ucap bu Endang dingin dan
terkesan tegas. Atau mungkin horor.
Dengan pasrah, ku
masukan kembali tugas yang tadi ku keluarkan dari dalam tas ku. Ku tatap
sepintas raut wajah Radhit yang kini benar-benar tidak berani menatap kearah
ku. Dan ku rasa dia begitu merasa bersalah dengan kejadian yang kualami hari
ini.
“Hahahaaa, asem bener
dah hari ini.” Pinta ku memecah kebisuan diantara kami berdua.
“Gara-gara aku ya
kak..?” Ucap radhit menanggapi perkataan ku.
“Eh
bukan itu maksud aku. Lagian ini hal biasa aja lagi dit.” Ujarku meyakinkan.
“Sebagai
permintaan maaf, gimana kalo aku traktir kak Vino makan di kantin siang ini.?”
“Euumm,
gimana ya..? rasanya boleh juga tuh.” Jawab ku mengiyakan.
“Oke,
kalau gitu jam istirahat ke dua, aku tunggu kak Vino di kantin.”
“Oke
deh.”
Hitung-hitung
menghemat uang jajan. Eit, walau membantu harus ikhlas, tapi tetap aja kalau yang
namanya rejeki jangan di tolak. Jadi gak salah kan..?? Hehehee.
**
Suara
lonceng sekolah telah berbunyi. Menandakan jam istirahat kedua sudah di mulai.
Saat ku telusuri lorong menuju arah kantin, tiba-tiba seorang cowok gemuk
menghentikan langkah ku.
“Vin,
cewe lo sakit tuh.” Ucap Viktor pada ku.
“Ahh,
yang bener lo.” Jawab ku tidak percaya.
“Liat
aja sendiri di kelasnya.” Viktor mencoba meyakinkan ku.
Bergegas
ku ubah arah menuju kelas Putri di lantai tiga. Dan ku lihat beberapa anak sedang
berkerumun di dekat nya.
“Lo
sakit Put..? Gue antar pulang ya..?” ucap ku.
“Kepala
gue pusing banget nih Vin.” Jelas Putri sambil memegang kepalanya.
“Yaudah
kalo gitu gue antar pulang ya.” Kataku sembari membereskan barang-barang putri
yang ada di mejanya.
Ku
papah kekasihku itu menuruni anak tangga satu demi satu. Setibanya di koridor,
aku pun meminta ijin kepada guru jaga untuk mengantar Putri pulang.
Jarak
rumah Putri dengan sekolah terbilang lumayan jauh. Sekitar tiga puluh menit
perjalanan menggunakan motor.
Sehabis
mengantar Putri langsung saja aku berbalik ke sekolah. Walau rasanya aku memang
sudah terlambat masuk di jam pelajaran terakhir. Jam matematika pak Junet.
Lagian aku juga tidak suka matematika, jadi gak ada salahnya datang terlambat
kayak gini. Apalagi alasan nya mengantar teman sakit. Pasti gak bakal di marahin.
Sepanjang
perjalanan aku terus berpikir, ku rasa ada yang terlupakan tadi. Sesuatu yang
benar-benar tak bisa ku ingat.
“Astaga..!!! gue udah
ingkar janji sama Radhit.” Ucapku spontan.“Ehh.. Tapi rasanya dia juga bakal ngerti
dengan posisi gue tadi.”
**
Setibanya di kelas.
Benar dugaan ku bahwa setiap hari rabu, jam mengajarnya pak Junet tidak pernah
kelar sampai habis. Jadi sekarang anak-anak pada sibuk sendiri.
Ku angkat tas ku
meninggalkan ruangan kelas dan memilih duduk di bangku taman sekolah menunggu
jam pulang sekolah. Sekalian cuci mata selagi si Putri gak ada di sekolah.
Lumayan kan selagi ada kesempatan curi-curi pandang, hehehee.
Belum sempat aku
duduk, tiba-tiba lonceng sekolah sudah berbunyi. Mungkin niat buruk ku memang
tidak di ijinkan Tuhan. Tapi.. ya sudah lah, kan masih ada hari esok.
Berhubung sudah tidak
ada lagi urusan ku di sekolah ini. Langsung saja aku meninggalkan sekolah,
menuju tempat dimana aku memarkirkan motor.
Baru saja saat aku
hendak berjalan meninggalkan lingkungan sekolah. tiba-tiba Radhit datang
mendekat kearahku. Dia datang untuk mengambil motornya yang terparkir tepat di
sebelah motor ku, dan pastinya bukan berniat untuk menemui ku saat ini.
“Eh dit, maaf ya,
tadi aku gak bisa nemuin kamu di kantin. Soalnya aku anterin Putri pulang tadi.
Dia sakit mendadak dit.” Kataku menjelaskan tentang
kejadian tadi.
“Hmm, iya kak.” Balas
Radhit menanggapi ucapan ku yang di selipi dengan senyuman.
Bergegas Radhit
menyalakan motornya dan meninggalkan ku tanpa berkata apapun lagi. Jujur,
sekarang aku menjadi merasa bersalah kepada Radhit.
OHH GOD......!!!
Bersambung..................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar